BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu
bentuk pendidikan pra sekolah yang terdapat di jalur pendidikan sekolah (PP No.
27 Tahun 1990). Sebagai lembaga pendidikan pra-sekolah, tugas utama Taman
Kanak-Kanak adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai
pengetahuan, sikap perilaku, keterampilan dan intelektual agar dapat melakukan
adaptasi dengan kegiatan belajar yang sesungguhnya di Sekolah Dasar.
Pandangan ini mengisyaratkan bahwa Taman Kanak-Kanak merupakan
lembaga pendidikan pra-sekolah atau pra-akademik. Dengan demikian Taman
Kanak-Kanak tidak mengemban tanggung jawab utama dalam membina kemampuan
akademik anak seperti kemampuan membaca dan menulis. Substansi pembinaan
kemampuan akademik atau skolastik ini harus menjadi tanggung jawab utama
lembaga pendidikan Sekolah Dasar.
Alur pemikiran tersebut tidak selalu sejalan dan
terimplementasikan dalam praktik kependidikan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah
Dasar di Indonesia. Pergeseran tanggung jawab pengembangan kemempuan skolastik
dari Sekolah Dasar ke Taman Kanak-Kanak terjadi di mana-mana, baik secara
terang-terangan maupun terselubung. Banyak Sekolah Dasar seringkali mengajukan
persyaratan atau tes “membaca dan menulis”. Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar seperti
ini sering pula di anggap sebagai lembaga pendidikan “berkualitas dan bonafide”.
Peristiwa praktik pendidikan seperti itu mendorong lembaga
pendidikan Taman Kanak-Kanak maupun orang tua berlomba mengajarkan kemampuan
akademik membaca dan menulis dengan mengadapsi pola-pola pembelajaran di
Sekolah Dasar. Akibatnya, tidak jarang Taman Kanak-Kanak tidak lagi menerapkan
prinsip-prinsip bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain, sehingga
Taman Kanak-Kanak tidak lagi taman yang indah, tempat bermain dan berteman
banyak, tetapi beralih menjadi “Sekolah” Taman Kanak-Kanak dalam makna
menyekolahkan secara dini pada anak-anak. Tanda-tandanya terlihat pada
pentargetan kemampuan akademik membaca dan menulis agar bisa memasukkan anaknya
ke Sekolah Dasar favorit.
Mengajarkan membaca dan menulis di Taman Kanak-Kanak dapat
dilaksanakan selama batas-batas aturan pengembangan pra-sekolah serta
mendasarkan diri pada prinsip dasar hakiki dari pendidikan Taman Kanak-Kanak
sebagai sebuah taman bermain, sosialisasi, dan pengembangan berbagai kemampuan
pra-skolastik yang lebih substansi yaitu bidang pengembangan kemampuan dasar
yang meliputi kemampuan berbahasa atau membaca kognitif, fisik-motorik dan
seni.
Mencermati kondisi kegiatan pembelajaran membaca dan menulis
di Taman Kanak-Kanak yang berlangsung sebagaimana digambarkan di atas, perlu
dilakukan penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu
yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi. Dengan serangkaian tindakan itu
diharapkan dapat mengubah suasana pembelajaran ke arah pembelajaran yang lebih
memungkinkan siswa terlibat secara aktif dan menyenangkan. Hal itu dapat
dicapai dengan melalui pembelajaran menggunakan media gambar. Media gambar
adalah penyajian visual 2 dimensi yang dibuat berdasarkan unsur dan prinsip
rancangan gambar, yang berisi unsur kehidupan sehari-hari tentang manusia
benda-benda, binatang, peristiwa, tempat dan sebagainya (Taufik Rachmat, 1994).
Gambar banyak digunakan guru sebagai media dalam proses
belajar mengajar, sebab mudah diperoleh tidak mahal dan efektif, serta menambah
gairah dalam motivasi belajar siswa.
B. Rumusan
Masalah
Agar penelitian tindakan ini dapat lebih terarah,
maka secara operational permasalahan penelitian ini difokuskan pada media
gambar dan guru dalam pelaksananaan proses belajar mengajar, membaca di
Kelompok B Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Sedati Kabupaten
Sidoarjo. Secara rinci permasalahan penelitian ini dirumuskan dalam
pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah gambaran pembelajaran membaca dengan media
gambar di Taman Kanak-Kanak secara klasikal ?
2.
Bagaimanakah gambaran pembelajaran membaca di Taman
Kanak-Kanak dengan media gambar secara kelompok ?
3.
Apakah terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam
membaca setelah mereka mengikuti pembelajaran membaca dan menulis dengan
menggunakan media gambar?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk
menemukan terjadinya peningkatan kemampuan membaca dan menulis dengan
menggunakan media gambar. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1.
Menggambarkan pembelajaran membaca di Taman
Kanak-Kanak dengan media gambar secara klasikal.
2.
Menggambarkan pembelajaran membaca di Taman
Kanak-Kanak dengan media gambar secara kelompok.
3.
Menemukan terjadinya peningkatan kemampuan siswa dalam
membaca setelah menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media gambar.
D. Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian yang menjadi batasan materi
dalam penelitian adalah kemampuan berbahasa dengan media gambar di Taman
Kanak-Kanak Kelompok B. penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelompok B Taman
Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.
E. Definisi Operasional
Untuk mendapatkan kesamaan arti pada penelitian ini
dipertukarkan pendefinisian istilah :
1.
Kemampuan berbahasa yang diajarkan di Taman
Kanak-Kanak kelompok B pada penelitian ini sesuai dengan materi yang terdapat
pada kurikulum Taman Kanak-Kanak 2004 yaitu kemampuan membaca permulaan (pra
membaca), sedangkan pelaksanaannya menggunakan pendekatan temaik dan pembelajaran
yang berorientasi pada prinsip bermain sambil belajar atau belajar seraya
bermain.
2.
Yang dimaksud siswa mampu membaca permulaan (pra
membaca) adalah siswa dapat menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana
dengan simbol yang melambangkannya atau media gambarnya.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi :
1.
Siswa Taman Kanak-Kanak, agar mereka terbiasa dalam
suasana kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak yang menyenangkan dan tidak
menakutkan.
2.
Bagi guru Taman Kanak-Kanak, dengan penerapan media
gambar, guru memperoleh pengalaman baru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran kemampuan berbahasa di Taman Kanak-Kanak yang berpusat pada anak.
3.
Bagi peneliti, dapat membantu guru dalam mengatasi
masalah dalam pembelajaran kemampuan berbahasa di Taman Kanak-Kanak.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perkembangan
Kemampuan Berbahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang
anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya. Anak-anak yang memiliki kemampuan berbahasa yang baik
pada umumnya memiliki kemampuan yang baik pula dalam mengungkapkan pemikiran,
perasaan serta tindakan interaktif dengan lingkungannya. Kemampuan berbahasa
ini tidak selalu didominasi oleh kemampuan membaca saja tetapi juga terdapat
sub potensi lainnya yang memiliki peranan yang lebih besar seperti penguasaan
kosa kata, pemahaman (mendengar dan menyimak) dan kemampuan berkomunikasi.
Pada usia Taman Kanak-Kanak (4 – 6 tahun),
perkembangan kamampuan berbahasa anak ditandai oleh berbagai kemampuan sebagai
berikut :
1.
Mampu menggunakan kata ganti saya dalam berkomunikasi.
2.
Memiliki
berbagai perbendaharaan kata kerja, kata sifat, kata keadaan, kata tanya
dan kata sambung.
3.
Menunjukkan pengertian dan pemahaman tentang sesuatu.
4.
Mampu menggungkapkan pikiran, perasaan, dan tindakan dengan
menggunakan kalimat sederhana.
5.
Mampu membaca dan mengungkapkan sesuatu melalui gambar
Perkembangan kemampuan tersebut muncul ditandai oleh
berbagai gejala seperti senang bertanya dan memberikan informasi tentang
berbagai hal, berbicara sendiri, dengan atau tanpa menggunakan alat seperti
(boneka, mobil mainan, dan sebagainya). Mencoret-coret buku atau dinding dan
menceritakan sesuatu yang fantastik. Gejala-gejala ini merupakan pertanda
munculnya kepermukaan berbagai jenis potensi tersembunyi (hidden potency) menjadi potensi tampak (actual potency). Kondisi tersebut menunjukkan berfungsi dan
berkembangnya sel-sel saraf pada otak. (DepDikNas, 2000 : 6)
Secara khusus, perkembangan kemampuan membaca pada
anak berlangsung dalam beberapa tahap sebagai berikut:
1.
Tahap fantasi (magical
stage)
Pada tahap ini anak
mulai belajar menggunakan buku, mulai berpikir bahwa buku itu penting, melihat
atau membolak-balikan buku dan kadang-kadang anak membawa buku kesukaannya.
Pada tahap pertama, guru dapat memberikan atau menunjukkan model/contoh tentang
perlunya membaca, membacakan sesuatu pada anak, membicarakan buku pada anak.
2.
Tahap pembentukan konsep diri (self concept stage)
Anak memandang dirinya
sebagai pembaca, dan mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, pura-pura
membaca buku, memberi makna pada gambar atau pengalaman sebelumnya dengan buku,
menggunakan bahasa buku meskipun tidak cocok dengan tulisan.
Pada tahap kedua, orang
tua atau guru memberikan rangsangan dengan jalan membacakan sesuatu pada anak.
Guru hendaknya memberikan akses pada buku-buku yang diketahui anak-anak. Orang
tua atau guru juga hendaknya melibatkan anak membacakan buku.
3.
Tahap membaca gambar (bridging reading stage)
Pada tahap ini anak menjadi
sadar pada cetakan yang tampak serta dapat menemukan kata yang sudah dikenal,
dapat mengungkapkan kata-kata yang memiliki makna dengan dirinya, dapat
mengulang kembali cerita yang tertulis, dapat mengenal cetakan kata dari puisi
atau lagu yang dikenalinya serta sudah mengenal abjad.
Pada tahap ketiga, guru
membacakan sesuatu pada anak-anak, menghadirkan berbagai kosa kata pada lagu
dan puisi, memberikan kesempatan sesering mungkin.
4.
Tahap pengenalan bacaan (take-off reader stage)
Anak mulai menggunakan
tiga sistem isyarat (fraphoponic,
semantic dan syntactic) secara
bersama-sama. Anak tertarik pada bacaan, mulai mengingat kembali cetakan pada
konteknya, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan serta membaca berbagai
tanda seperti kotak susu, pasta gigi, atau papan iklan.
Pada tahap keempat guru
masih harus membacakan sesuatu pada anak-anak sehingga mendorong anak membaca
suatu pada berbagai situasi. Orang tua dan guru jangan memaksa anak membaca
huruf secara sempurna.
5.
Tahap membaca lancar (independent reader stage)
Pada tahap ini anak
dapat membaca berbagai jenis buku yang berbeda secara bebas. Menyusun
pengertian dari tanda, pengalaman dan isyarat yang dikenalnya, dapat membuat
perkiraan bahan-bahan bacaan. Bahan-bahan yang berhubungan secara langsung
dengan pengalaman anak semakin mudah dibaca. (DepDikNas, 2000 : 7 – 8).
Untuk memberikan rangsangan positif terhadap
munculnya berbagai potensi keberbahasaan anak diatas maka permainan dan
berbagai alatnya memegang peranan penting. Lingkungan (termasuk didalamnya
peranan orang tua dan guru) seharusnya menciptakan berbagai aktifitas bermain
secara sederhana yang memberikan arah dan bimbingan agar berbagai potensi yang
tampak akan tumbuh dan berkembang secara optimal
B. Pembelajaran Kemampuan Berbahasa di Taman Kanak-Kanak
Untuk melaksanakan pembelajaran kemampuan berbahasa
guru perlu mengindentifikasi kemampuan yang diharapkan di capai dalam kurikulum
Taman Kanak-Kanak 2004 yang relevan, kemampuan-kemampuan tersebut dipilih dan
dikelompokkan agar memudahkan guru yang identifikasi berbagai bentuk kemampuan
yang mendasari perkembangan membaca dalam kegiatan belajar mengajar.
Kemampuan dalam Kurikulum Taman Kanak-Kanak 2004 dapat
disusun dan dikelompokkan dalam permainan membaca sebagai berikut :
1.
Kemampuan mendengar
Kemampuan mendengar merupakan kemampuan anak untuk dapat
menghayati alam dan mendengar pendapat orang lain dengan indera pendengaran.
Kemampuan ini berkaitan dengan kesanggupan anak-anak mengangkap isi pesan dari
orang lain secara benar
2.
Kemampuan melihat dan memahami
Kemampuan melihat merupakan kemampuan untuk dapat menghayati
dan mengamati atau dengan menggunakan indera penglihatan. Kemampuan ini
berkaitan dengan bentuk kesanggupan anak melihat sesuatu benda atau peristiwa
serta membahami hal-hal yang berkaitan dengan sesuatu tersebut.
3.
Kamampuan berbicara
Kemampuan berbicara merupakan kemampuan anak berkomunikasi
secara lisan dengan orang lain. Kemampuan ini memberikan gambaran tentang
kesanggupan anak menyusun berbagai kosa kata yang telah dikuasai menjadi
sesuatu rangkaian pembicaraan secara berstruktur.
4.
Membaca gambar
Kemampuan ini mengungkapkan kesanggupan anak membaca sesuatu
menggunakan gambar. Kemampuan ini sebagai tahap awat dalam membaca permulaan,
indikator yang termasuk dalam kemampuan ini adalah.
a.
Membuat gambar dan menceritakan isi gambar dengan
beberapa coretan / tulisan yang sudah berbentuk huruf atau kata. (Bhs. 11)
b.
Bercerita tentang gambar yang disediakan atau dibuat
sendiri dengan urut dan berbahasa yang jelas. (Bhs. 13)
c.
Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri (4 – 6
gambar). (Bhs. 14)
d.
Membaca buku untuk bergambar yang memiliki kalimat
sederhana dan menceritakan isi buku dengan menunjukkan beberapa kata yang
dikenalnya.
e.
Menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana dengan
simbol yang melambangkannya. (Bhs. 16)
Materi permainan disusun dan dikembangkan berdasarkan
kemampuan yang akan dicapai. Disamping pengembangan materi harus diterapkan
permainan yang cocok dengan kegiatan. Media dan sarana serta proses permainan
sangat menentukan keberhasilan pembelajaran kemampuan berbahasa di Taman
Kanak-Kanak. (DepDikNas, 2000 : 31)
C. Media Gambar
Media gambar adalah penyajian visual 2 dimensi yang
dibuat berdasarkan unsur dan prinsip rancangan gambar, yang berisi unsur
kehidupan sehari-hari tentang manusia, benda-benda, binatang, peristiwa, tempat
dan lain sebagainya. (Taufik Rachmat, 1994).
Gambar banyak digunakan guru sebagai media dalam proses
belajar mengajar, sebab mudah diperoleh tidak mahal dan efektif. Di dalam
buku-buku, majalah, dan surat kabar, banyak gambar yang pada suatu saat dapat
digunakan dan dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu saat dapat digunakan
dan dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang diguinakan guru
untuk menyampaikan pesan pembelajaran yang dapat merangsang, menarik perhatian
dan memudahkan siswa sehingga terjadi proses belajar yang menyenangkan. Dengan
demikian di samping berfungsi sebagai sarana yang digunakan untuk menyalurkan
pesan media pembelajaran juga berfungsi mempermudah siswa untuk belajar.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan
Dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif, penelitian ini berangkat dari masalah yang di
dapat di lapangan, kemudian direfleksikan dan dianalisis berdasarkan teori yang
menunjang, kemudian dilaksanakan tindakan di lapangan. Kesimpulan yang
diperoleh tidak dapat digeneralisasikan pada ruang lingkup yang lebih luas,
karena untuk kondisi dan situasi yang berbeda hasilnya dapat berbeda.
Penelitian ini dapat dijadikan model untuk memberikan rekomendasi pada situasi
yang lain (Arifin Imron, 1990 : 4)
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian berusaha
untuk memahami makna peristiwa dari interaksi yang terjadi selama penelitian
berlangsung.
B. Model Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas,
karena penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah pada
penelitian tindakan yang meliputi penyusunan rencana, melaksanakan tindakan,
mengobservasi, melakukan analisis dan refleksi terhadap hasil observasi dari
hasil analisis dan refleksi setiap akhir kegiatan dilakukan tindakan perbaikan
pada siklus yang berikutnya berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang dibuat
sebelumnya.
Pada model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini
pembelajaran kemampuan membaca melalui penerapan media gambar.
C. Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua
siklus kegiatan yaitu siklus 1 dan siklus 2. Masing-masing siklus terdiri 4
tahap kegiatan yaitu :
1.
Menyusun rencana tindakan
2.
Melaksanakan tindakan
3.
Melakukan observasi
4.
Membuat analisis dilanjutkan refleksi
Pada penelitian ini yang melaksanakan kegiatan mengajar
adalah Kepala Taman Kanak-Kanak bersama-sama dengan guru kelompok B sekaligus
sebagai observer
SIKLUS – 1
a.
Penyusunan rencana tindakan 1
Pada tahap ini Kepala Taman Kanak-Kanak menyusun rencana
pembelajaran berdasarkan pokok bahasan dan tema yang akan diajarkan yaitu
kemampuan membaca meliputi merumuskan tujuan pembelajaran, menyusun
langkah-langkah pembelajaran, merencanakan alat peraga (media) apa yang sesuai
pokok bahasan yang akan diajarkan dari bagaimana menggunakannya, serta menyusun
alat evaluasi yang sesuai dengan tujuan.
b.
Pemberian tindakan 1
Guru melaksanakan pengajaran dengan menggunakan media gambar
sesauai dengan perencanaan yang telah disusun. Pada kegiatan awal pembelajaran
guru melakukan kegiatan berbagi dan bertanya serta tanya jawab tentang
benda-benda di sekitar anak, siswa di bentuk tiga kelompok yang terdiri dari 7
– 8 anak, siswa, masing-masing kelompok di beri tugas untuk mengamati dan
melihat gambar-gambar benda yang telah disediakan, kemudian siswa diminta
menghubungkan antara tulisan (kata) dengan gambar benda yang melambangkan.
Dengan memberikan tugas-tugas diharapkan siswa mendapat pemahaman tentang
konsep kemampuan membaca permulaan dengan menggunakan media gambar dan kartu
kata yang telah disediakan.
c.
Melakukan observasi
Pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung, Kepala Taman
Kanak-Kanak bersama guru kelompok B melakukan observasi dan mencatat
kejadian-kejadian selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang nantinya dapat
bermanfaat untuk pengambilan keputusan apakah guru dapat menggunakan kalimat
dengan tepat atau perlu diadakan. Apakah tugs-tugas dan pertanyaan yang
diajukan guru sudah mencerminkan pembelajaran kemampuan berbahasa (pra membaca)
d.
Pembuatan analisis dan refleksi
Dari hasil observasi dilakukan analisis pada tindakan 1
kemudian dilanjutkan dengan refleksi. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi
yang dilakukan bersama-sama ini, direncanakan perbaikan dengan melakukan
tindakan 2 terhadap permasalahan-permasalahan yang masih ada. Untuk mengetahui
apakah guru dapat menyusun rencana pembelajaran yang mencerminkan pembelajaran
kemampuan berbahasa (pra membaca) dapat dilihat dan komponen-komponen yang
terdapat pada rencana pembelajaran yang telah disusunnya.
SIKLUS – 2
a.
Penyusunan rencana tindakan 2
Rencana tindakan 2 disusun berdasarkan hasil analisis dan
refleksi selama siklus 1.
b.
Pembelajaran tindakan 2
Tindakan
2 ini dilakukan terhadap permasalahan yang masih aa pada siklus 1. Diharapkan
pada akhir tindakan 2, permasalahan guru dan siswa dalam pembelajaran kemampuan
berbahasa (pra membaca) dapat diatasi.
c.
Pelaksanaan obersasi
Pada akhir tindakan 2 dilakukan analisis dan refleksi
terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Dan hasil analisis dan refleksi ini
disusun kesimpulan dan saran dari seluruh kegiatan pada siklus 2.
d.
Data dan sumber data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa catatan-catatan,
rencana persiapan mengajar, hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran dan
hasil tugas atau pekerjaan siswa. Adapun sumber data dalam penelitian ini
adalah guru dan siswa kelompok B Taman Kanak-Kanak tahun pelajaran 2006 / 2007 berjumlah 23 anak. Jumlah tersebut terdiri
atas 14 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Untuk memperolah data yang
akurat dilakukan triaguliasi Kepala Taman Kanak-Kanak dan guru selama
berlangsungnya penelitian.
e.
Teknik analisis data
Memperhatikan jenis data yang dikumpulkan, teknik data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis kualitatif. Analisis kualitatif
dilakukan terhadap data kualitatif yang diperoleh dari hasil pengamatan
terhadap siswa dan hal-hal lain yang nampak selama berlangsungnya penelitian.
Demikian juga aktivitas dan antusias siswa dalam pembelajaran
juga didasarkan pada banyaknya indikator yang muncul. Selanjutnya dari hasil
catatan dalam penelitian dilengkapi dengan hasil observasi, wawncara dan
dokumentasi dilakukan analisis kualitatif.
f.
Lokasi penelitian
Lokasi penelitian tindakan ini adalah Taman Kanak-Kanak. Adapun pertimbangan
pemilihan lokasi ini karena Taman Kanak-Kanak Pembina ini merupakan Taman Kanak-Kanak
Negeri satu-satunya di wilayah Kecamatan Sedati dan merupakan tempat saya
ditugaskan sebagai Kepala Taman Kanak-Kanak, sehingga memudahkan dalam
pelaksanaan penelitian ini.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Untuk mengatasi permasalahan tersebut disusunlah
suatu pembelajaran dengan mengunakan media gambar dengan mengunakan penelitian
tindakan kelas yang terdiri 2 siklus pembalajaran.
A.
SIKLUS I
1. Persiapan Tindakan
Sebelum pembelajaran, peneliti (guru) membuat
rancangan pembelajaran kemampuan berbahasa dengan mengunakan media gambar dan
melaksanakan observasi dikelas untuk lebih mengenal karakter siswa sebelum
melaksanakan akan pengajaran kemampuan berbahasa dengan indikator menghubungkan
dan menyebutkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambungkannya (bahasa
16) serta disesuaikan dengan tema tugas-tugas yang diberikan pada siswa dapat
berupa tugas perorangan maupun kelompok.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan dilakukan secara klasifikal dan kelompok
:
a. Pada kegiatan awal pembelajaran guru meminta satu
siswa untuk menceritakan kejadian atau peristiwa yang dilihat dalam perjalanan
berangkat dari rumah ke Taman Kanak-Kanak melalui kegiatan berbagi dn bertanya.
Dari cerita ini, guru menanyakan pada siswa apa saja yang dapat diperoleh dari
cerita tersebut.
b. Guru mengajak siswa untuk mengamati benda-benda disekitar
kelas dan guru menanyakan benda-benda yang dibutuhkan anak saat sekolah.
c. Guru mengajarkan membaca dengan media gambar dan
kartu kata dengan permainan menghubungkan atau mencocokkan kartu kata dengan
gambar, guru meminta anak membaca kartu kata tersebut.
d. Setiap siswa diberi tugas untuk memcocokkan gambar
dengan kartu kartu kata yang ditunjukan guru secara ajak dan diminta untuk
membaca kartu kata itu.
3. Observasi pada Siklus I
a. Pada waktu siswa bercerita tentang kejadian yang
dilihat dalam perjalanan dari dari rumah ke Taman Kanak-Kanak, semua siswa
nampak memperhatikan dan sekali-kali menyebutkan hal-hal yang sama yang
diceritakan temannya.
b. Waktu guru menanyakan kebutuhan apa saja yang
diperlukan saat sekola, siswa dapat menyebutkan tas, buku, pensil, crayon,
tempat minum, baju, celana, topi, sepatu.
c. Pada saat siswa diminta membaca kartu kata itu,
beberapa siswa dapat membaca dengan benar.
d. Untuk tugas menghubungkan gambar dengan kartu kata,
siswa dapat mencocokan kata dengan benar dan membaca kartu kata dengan benar,
tetapi ada beberapa siswa yang tidak mau melaksanakan permainan tersebut.
4. Analisis dan Refleksi Siklus I
a. Pada waktu kegiatan berbagi bertanya, bercerita
tentang kejadian disekitar anak, merupakan pengalaman bermanfaat bagi anak
untuk menyampaikan sesuatu dengan bahasanya sendiri.
b. Pada waktu guru meminta membaca kartu kata dibawa
gambar, ada beberapa siswa membaca dengan benar, guru memberikan pujian kepada
siswa.
c. Karena media gambar dan kartu kata sedia dengan
menaati, semua siswa nampak semangat terlihat dalam kegiatan ini.
d. Setelah siswa bergantian menghubungkan kartu kata
dengan gambar didepan kelas, ada beberapa anak tidak mau maju kedepan kelas
untuk melaksanakan tugas itu, guru mendekati daan mengajak anak tersebut
menghubungkan kartu kata dengan gambar yang disediakan.
5. Siklus II
Kegiatan pada siklus kedua merupakan tindak lanjut
dari kegiatan pada siklus pertama dalam kegiatan ini, guru mengingatkan kepada
siswa tentang kegiatan yang telah dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya yaaitu
permainan mencocokan kartu kata dengan gambarnya.
Kegiatan dilanjutkan dengan memberi kesempatan
kepada siswa untuk melakukan permainan secara kelompok, kesempatan tersebut
mendapat respon yang baik dari siswa. Hal ini terlihat minat anak melakukan
permainan ini secara kelompok dan siswa dengan mudah mencocokan kartu kata
dengan gambar serta lancar dalam membaca kartu kata.
Hasil tindakan pada siklus kedua ini diperoleh suatu
perubahan, ternyata siswa ada peningkatan kemampuan dalam membaca kartu kata dalam
permainan kelompok ini.
6. Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi selama berlangsungnya
kegiatan pembelajaran kemampuan berbahasa (PRA membaca) kelompok B Taman
Kanak-Kanak Negeri Pembina Sedati dengan menggunakan media gambar dan kartu
kata terlihat bahwa pengalaman belajar dengan bermainan siswa menjadi
termotivasi untuk berkembang dan berkreasi. Siswa cenderung lebih semangat
belajar membaca melalui permainan mengunakan gambar dan kartu kata. Hal ini
sejalan dengan metode sintesa (montessoni) permainan membaca dilakukan dengan
mengunakan bantuan gambar pada setiap memperkenalkan huruf atau
kata, misalnya a disertai gambar ayam, atau apel. Begitu juga memperkenalkan
kata buku disertai gambar buku.
Gambaran hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa
diatas menunjukan bahwa sebenarnya siswa atau anak mempunyai kemampuanlebih
dalam, kemampuan membaca dengan bantuan gambar. Guru diharapkan secara kreatif
dan inovatif menggembangkan sendiri berbagai bentuk permainan membaca permulaan
yang lebih menarik dan menyenangkan
anak.
BAB V
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu
bentuk pendidikan pra sekolah yang terdapat di jalur pendidikan sekolah (PP No.
27 Tahun 1990). Sebagai lembaga pendidikan pra-sekolah, tugas utama Taman
Kanak-Kanak adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai
pengetahuan, sikap perilaku, keterampilan dan intelektual agar dapat melakukan
adaptasi dengan kegiatan belajar yang sesungguhnya di Sekolah Dasar.
Pandangan ini mengisyaratkan bahwa Taman Kanak-Kanak merupakan
lembaga pendidikan pra-sekolah atau pra-akademik. Dengan demikian Taman
Kanak-Kanak tidak mengemban tanggung jawab utama dalam membina kemampuan
akademik anak seperti kemampuan membaca dan menulis. Substansi pembinaan
kemampuan akademik atau skolastik ini harus menjadi tanggung jawab utama
lembaga pendidikan Sekolah Dasar.
Alur pemikiran tersebut tidak selalu sejalan dan
terimplementasikan dalam praktik kependidikan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah
Dasar di Indonesia. Pergeseran tanggung jawab pengembangan kemempuan skolastik
dari Sekolah Dasar ke Taman Kanak-Kanak terjadi di mana-mana, baik secara
terang-terangan maupun terselubung. Banyak Sekolah Dasar seringkali mengajukan
persyaratan atau tes “membaca dan menulis”. Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar seperti
ini sering pula di anggap sebagai lembaga pendidikan “berkualitas dan bonafide”.
Peristiwa praktik pendidikan seperti itu mendorong lembaga
pendidikan Taman Kanak-Kanak maupun orang tua berlomba mengajarkan kemampuan
akademik membaca dan menulis dengan mengadapsi pola-pola pembelajaran di
Sekolah Dasar. Akibatnya, tidak jarang Taman Kanak-Kanak tidak lagi menerapkan
prinsip-prinsip bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain, sehingga
Taman Kanak-Kanak tidak lagi taman yang indah, tempat bermain dan berteman
banyak, tetapi beralih menjadi “Sekolah” Taman Kanak-Kanak dalam makna
menyekolahkan secara dini pada anak-anak. Tanda-tandanya terlihat pada
pentargetan kemampuan akademik membaca dan menulis agar bisa memasukkan anaknya
ke Sekolah Dasar favorit.
Mengajarkan membaca dan menulis di Taman Kanak-Kanak dapat
dilaksanakan selama batas-batas aturan pengembangan pra-sekolah serta
mendasarkan diri pada prinsip dasar hakiki dari pendidikan Taman Kanak-Kanak
sebagai sebuah taman bermain, sosialisasi, dan pengembangan berbagai kemampuan
pra-skolastik yang lebih substansi yaitu bidang pengembangan kemampuan dasar
yang meliputi kemampuan berbahasa atau membaca kognitif, fisik-motorik dan
seni.
Mencermati kondisi kegiatan pembelajaran membaca dan menulis
di Taman Kanak-Kanak yang berlangsung sebagaimana digambarkan di atas, perlu
dilakukan penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu
yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi. Dengan serangkaian tindakan itu
diharapkan dapat mengubah suasana pembelajaran ke arah pembelajaran yang lebih
memungkinkan siswa terlibat secara aktif dan menyenangkan. Hal itu dapat
dicapai dengan melalui pembelajaran menggunakan media gambar. Media gambar
adalah penyajian visual 2 dimensi yang dibuat berdasarkan unsur dan prinsip
rancangan gambar, yang berisi unsur kehidupan sehari-hari tentang manusia
benda-benda, binatang, peristiwa, tempat dan sebagainya (Taufik Rachmat, 1994).
Gambar banyak digunakan guru sebagai media dalam proses
belajar mengajar, sebab mudah diperoleh tidak mahal dan efektif, serta menambah
gairah dalam motivasi belajar siswa.
B. Rumusan
Masalah
Agar penelitian tindakan ini dapat lebih terarah,
maka secara operational permasalahan penelitian ini difokuskan pada media
gambar dan guru dalam pelaksananaan proses belajar mengajar, membaca di
Kelompok B Taman Kanak-Kanak . Secara rinci permasalahan penelitian ini dirumuskan dalam
pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah gambaran pembelajaran membaca dengan media
gambar di Taman Kanak-Kanak secara klasikal ?
2.
Bagaimanakah gambaran pembelajaran membaca di Taman
Kanak-Kanak dengan media gambar secara kelompok ?
3.
Apakah terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam
membaca setelah mereka mengikuti pembelajaran membaca dan menulis dengan
menggunakan media gambar?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk
menemukan terjadinya peningkatan kemampuan membaca dan menulis dengan
menggunakan media gambar. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1.
Menggambarkan pembelajaran membaca di Taman
Kanak-Kanak dengan media gambar secara klasikal.
2.
Menggambarkan pembelajaran membaca di Taman
Kanak-Kanak dengan media gambar secara kelompok.
3.
Menemukan terjadinya peningkatan kemampuan siswa dalam
membaca setelah menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media gambar.
D. Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian yang menjadi batasan materi
dalam penelitian adalah kemampuan berbahasa dengan media gambar di Taman
Kanak-Kanak Kelompok B. penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelompok B Taman
Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.
E. Definisi Operasional
Untuk mendapatkan kesamaan arti pada penelitian ini
dipertukarkan pendefinisian istilah :
1.
Kemampuan berbahasa yang diajarkan di Taman
Kanak-Kanak kelompok B pada penelitian ini sesuai dengan materi yang terdapat
pada kurikulum Taman Kanak-Kanak 2004 yaitu kemampuan membaca permulaan (pra
membaca), sedangkan pelaksanaannya menggunakan pendekatan temaik dan pembelajaran
yang berorientasi pada prinsip bermain sambil belajar atau belajar seraya
bermain.
2.
Yang dimaksud siswa mampu membaca permulaan (pra
membaca) adalah siswa dapat menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana
dengan simbol yang melambangkannya atau media gambarnya.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi :
1.
Siswa Taman Kanak-Kanak, agar mereka terbiasa dalam
suasana kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak yang menyenangkan dan tidak
menakutkan.
2.
Bagi guru Taman Kanak-Kanak, dengan penerapan media
gambar, guru memperoleh pengalaman baru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran kemampuan berbahasa di Taman Kanak-Kanak yang berpusat pada anak.
3.
Bagi peneliti, dapat membantu guru dalam mengatasi
masalah dalam pembelajaran kemampuan berbahasa di Taman Kanak-Kanak.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perkembangan
Kemampuan Berbahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang
anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya. Anak-anak yang memiliki kemampuan berbahasa yang baik
pada umumnya memiliki kemampuan yang baik pula dalam mengungkapkan pemikiran,
perasaan serta tindakan interaktif dengan lingkungannya. Kemampuan berbahasa
ini tidak selalu didominasi oleh kemampuan membaca saja tetapi juga terdapat
sub potensi lainnya yang memiliki peranan yang lebih besar seperti penguasaan
kosa kata, pemahaman (mendengar dan menyimak) dan kemampuan berkomunikasi.
Pada usia Taman Kanak-Kanak (4 – 6 tahun),
perkembangan kamampuan berbahasa anak ditandai oleh berbagai kemampuan sebagai
berikut :
1.
Mampu menggunakan kata ganti saya dalam berkomunikasi.
2.
Memiliki
berbagai perbendaharaan kata kerja, kata sifat, kata keadaan, kata tanya
dan kata sambung.
3.
Menunjukkan pengertian dan pemahaman tentang sesuatu.
4.
Mampu menggungkapkan pikiran, perasaan, dan tindakan dengan
menggunakan kalimat sederhana.
5.
Mampu membaca dan mengungkapkan sesuatu melalui gambar
Perkembangan kemampuan tersebut muncul ditandai oleh
berbagai gejala seperti senang bertanya dan memberikan informasi tentang
berbagai hal, berbicara sendiri, dengan atau tanpa menggunakan alat seperti
(boneka, mobil mainan, dan sebagainya). Mencoret-coret buku atau dinding dan
menceritakan sesuatu yang fantastik. Gejala-gejala ini merupakan pertanda
munculnya kepermukaan berbagai jenis potensi tersembunyi (hidden potency) menjadi potensi tampak (actual potency). Kondisi tersebut menunjukkan berfungsi dan
berkembangnya sel-sel saraf pada otak. (DepDikNas, 2000 : 6)
Secara khusus, perkembangan kemampuan membaca pada
anak berlangsung dalam beberapa tahap sebagai berikut:
1.
Tahap fantasi (magical
stage)
Pada tahap ini anak
mulai belajar menggunakan buku, mulai berpikir bahwa buku itu penting, melihat
atau membolak-balikan buku dan kadang-kadang anak membawa buku kesukaannya.
Pada tahap pertama, guru dapat memberikan atau menunjukkan model/contoh tentang
perlunya membaca, membacakan sesuatu pada anak, membicarakan buku pada anak.
2.
Tahap pembentukan konsep diri (self concept stage)
Anak memandang dirinya
sebagai pembaca, dan mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, pura-pura
membaca buku, memberi makna pada gambar atau pengalaman sebelumnya dengan buku,
menggunakan bahasa buku meskipun tidak cocok dengan tulisan.
Pada tahap kedua, orang
tua atau guru memberikan rangsangan dengan jalan membacakan sesuatu pada anak.
Guru hendaknya memberikan akses pada buku-buku yang diketahui anak-anak. Orang
tua atau guru juga hendaknya melibatkan anak membacakan buku.
3.
Tahap membaca gambar (bridging reading stage)
Pada tahap ini anak menjadi
sadar pada cetakan yang tampak serta dapat menemukan kata yang sudah dikenal,
dapat mengungkapkan kata-kata yang memiliki makna dengan dirinya, dapat
mengulang kembali cerita yang tertulis, dapat mengenal cetakan kata dari puisi
atau lagu yang dikenalinya serta sudah mengenal abjad.
Pada tahap ketiga, guru
membacakan sesuatu pada anak-anak, menghadirkan berbagai kosa kata pada lagu
dan puisi, memberikan kesempatan sesering mungkin.
4.
Tahap pengenalan bacaan (take-off reader stage)
Anak mulai menggunakan
tiga sistem isyarat (fraphoponic,
semantic dan syntactic) secara
bersama-sama. Anak tertarik pada bacaan, mulai mengingat kembali cetakan pada
konteknya, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan serta membaca berbagai
tanda seperti kotak susu, pasta gigi, atau papan iklan.
Pada tahap keempat guru
masih harus membacakan sesuatu pada anak-anak sehingga mendorong anak membaca
suatu pada berbagai situasi. Orang tua dan guru jangan memaksa anak membaca
huruf secara sempurna.
5.
Tahap membaca lancar (independent reader stage)
Pada tahap ini anak
dapat membaca berbagai jenis buku yang berbeda secara bebas. Menyusun
pengertian dari tanda, pengalaman dan isyarat yang dikenalnya, dapat membuat
perkiraan bahan-bahan bacaan. Bahan-bahan yang berhubungan secara langsung
dengan pengalaman anak semakin mudah dibaca. (DepDikNas, 2000 : 7 – 8).
Untuk memberikan rangsangan positif terhadap
munculnya berbagai potensi keberbahasaan anak diatas maka permainan dan
berbagai alatnya memegang peranan penting. Lingkungan (termasuk didalamnya
peranan orang tua dan guru) seharusnya menciptakan berbagai aktifitas bermain
secara sederhana yang memberikan arah dan bimbingan agar berbagai potensi yang
tampak akan tumbuh dan berkembang secara optimal
B. Pembelajaran Kemampuan Berbahasa di Taman Kanak-Kanak
Untuk melaksanakan pembelajaran kemampuan berbahasa
guru perlu mengindentifikasi kemampuan yang diharapkan di capai dalam kurikulum
Taman Kanak-Kanak 2004 yang relevan, kemampuan-kemampuan tersebut dipilih dan
dikelompokkan agar memudahkan guru yang identifikasi berbagai bentuk kemampuan
yang mendasari perkembangan membaca dalam kegiatan belajar mengajar.
Kemampuan dalam Kurikulum Taman Kanak-Kanak 2004 dapat
disusun dan dikelompokkan dalam permainan membaca sebagai berikut :
1.
Kemampuan mendengar
Kemampuan mendengar merupakan kemampuan anak untuk dapat
menghayati alam dan mendengar pendapat orang lain dengan indera pendengaran.
Kemampuan ini berkaitan dengan kesanggupan anak-anak mengangkap isi pesan dari
orang lain secara benar
2.
Kemampuan melihat dan memahami
Kemampuan melihat merupakan kemampuan untuk dapat menghayati
dan mengamati atau dengan menggunakan indera penglihatan. Kemampuan ini
berkaitan dengan bentuk kesanggupan anak melihat sesuatu benda atau peristiwa
serta membahami hal-hal yang berkaitan dengan sesuatu tersebut.
3.
Kamampuan berbicara
Kemampuan berbicara merupakan kemampuan anak berkomunikasi
secara lisan dengan orang lain. Kemampuan ini memberikan gambaran tentang
kesanggupan anak menyusun berbagai kosa kata yang telah dikuasai menjadi
sesuatu rangkaian pembicaraan secara berstruktur.
4.
Membaca gambar
Kemampuan ini mengungkapkan kesanggupan anak membaca sesuatu
menggunakan gambar. Kemampuan ini sebagai tahap awat dalam membaca permulaan,
indikator yang termasuk dalam kemampuan ini adalah.
a.
Membuat gambar dan menceritakan isi gambar dengan
beberapa coretan / tulisan yang sudah berbentuk huruf atau kata. (Bhs. 11)
b.
Bercerita tentang gambar yang disediakan atau dibuat
sendiri dengan urut dan berbahasa yang jelas. (Bhs. 13)
c.
Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri (4 – 6
gambar). (Bhs. 14)
d.
Membaca buku untuk bergambar yang memiliki kalimat
sederhana dan menceritakan isi buku dengan menunjukkan beberapa kata yang
dikenalnya.
e.
Menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana dengan
simbol yang melambangkannya. (Bhs. 16)
Materi permainan disusun dan dikembangkan berdasarkan
kemampuan yang akan dicapai. Disamping pengembangan materi harus diterapkan
permainan yang cocok dengan kegiatan. Media dan sarana serta proses permainan
sangat menentukan keberhasilan pembelajaran kemampuan berbahasa di Taman
Kanak-Kanak. (DepDikNas, 2000 : 31)
C. Media Gambar
Media gambar adalah penyajian visual 2 dimensi yang
dibuat berdasarkan unsur dan prinsip rancangan gambar, yang berisi unsur
kehidupan sehari-hari tentang manusia, benda-benda, binatang, peristiwa, tempat
dan lain sebagainya. (Taufik Rachmat, 1994).
Gambar banyak digunakan guru sebagai media dalam proses
belajar mengajar, sebab mudah diperoleh tidak mahal dan efektif. Di dalam
buku-buku, majalah, dan surat kabar, banyak gambar yang pada suatu saat dapat
digunakan dan dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu saat dapat digunakan
dan dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang diguinakan guru
untuk menyampaikan pesan pembelajaran yang dapat merangsang, menarik perhatian
dan memudahkan siswa sehingga terjadi proses belajar yang menyenangkan. Dengan
demikian di samping berfungsi sebagai sarana yang digunakan untuk menyalurkan
pesan media pembelajaran juga berfungsi mempermudah siswa untuk belajar.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan
Dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif, penelitian ini berangkat dari masalah yang di
dapat di lapangan, kemudian direfleksikan dan dianalisis berdasarkan teori yang
menunjang, kemudian dilaksanakan tindakan di lapangan. Kesimpulan yang
diperoleh tidak dapat digeneralisasikan pada ruang lingkup yang lebih luas,
karena untuk kondisi dan situasi yang berbeda hasilnya dapat berbeda.
Penelitian ini dapat dijadikan model untuk memberikan rekomendasi pada situasi
yang lain (Arifin Imron, 1990 : 4)
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian berusaha
untuk memahami makna peristiwa dari interaksi yang terjadi selama penelitian
berlangsung.
B. Model Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas,
karena penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah pada
penelitian tindakan yang meliputi penyusunan rencana, melaksanakan tindakan,
mengobservasi, melakukan analisis dan refleksi terhadap hasil observasi dari
hasil analisis dan refleksi setiap akhir kegiatan dilakukan tindakan perbaikan
pada siklus yang berikutnya berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang dibuat
sebelumnya.
Pada model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini
pembelajaran kemampuan membaca melalui penerapan media gambar.
C. Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua
siklus kegiatan yaitu siklus 1 dan siklus 2. Masing-masing siklus terdiri 4
tahap kegiatan yaitu :
1.
Menyusun rencana tindakan
2.
Melaksanakan tindakan
3.
Melakukan observasi
4.
Membuat analisis dilanjutkan refleksi
Pada penelitian ini yang melaksanakan kegiatan mengajar
adalah Kepala Taman Kanak-Kanak bersama-sama dengan guru kelompok B sekaligus
sebagai observer
SIKLUS – 1
a.
Penyusunan rencana tindakan 1
Pada tahap ini Kepala Taman Kanak-Kanak menyusun rencana
pembelajaran berdasarkan pokok bahasan dan tema yang akan diajarkan yaitu
kemampuan membaca meliputi merumuskan tujuan pembelajaran, menyusun
langkah-langkah pembelajaran, merencanakan alat peraga (media) apa yang sesuai
pokok bahasan yang akan diajarkan dari bagaimana menggunakannya, serta menyusun
alat evaluasi yang sesuai dengan tujuan.
b.
Pemberian tindakan 1
Guru melaksanakan pengajaran dengan menggunakan media gambar
sesauai dengan perencanaan yang telah disusun. Pada kegiatan awal pembelajaran
guru melakukan kegiatan berbagi dan bertanya serta tanya jawab tentang
benda-benda di sekitar anak, siswa di bentuk tiga kelompok yang terdiri dari 7
– 8 anak, siswa, masing-masing kelompok di beri tugas untuk mengamati dan
melihat gambar-gambar benda yang telah disediakan, kemudian siswa diminta
menghubungkan antara tulisan (kata) dengan gambar benda yang melambangkan.
Dengan memberikan tugas-tugas diharapkan siswa mendapat pemahaman tentang
konsep kemampuan membaca permulaan dengan menggunakan media gambar dan kartu
kata yang telah disediakan.
c.
Melakukan observasi
Pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung, Kepala Taman
Kanak-Kanak bersama guru kelompok B melakukan observasi dan mencatat
kejadian-kejadian selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang nantinya dapat
bermanfaat untuk pengambilan keputusan apakah guru dapat menggunakan kalimat
dengan tepat atau perlu diadakan. Apakah tugs-tugas dan pertanyaan yang
diajukan guru sudah mencerminkan pembelajaran kemampuan berbahasa (pra membaca)
d.
Pembuatan analisis dan refleksi
Dari hasil observasi dilakukan analisis pada tindakan 1
kemudian dilanjutkan dengan refleksi. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi
yang dilakukan bersama-sama ini, direncanakan perbaikan dengan melakukan
tindakan 2 terhadap permasalahan-permasalahan yang masih ada. Untuk mengetahui
apakah guru dapat menyusun rencana pembelajaran yang mencerminkan pembelajaran
kemampuan berbahasa (pra membaca) dapat dilihat dan komponen-komponen yang
terdapat pada rencana pembelajaran yang telah disusunnya.
SIKLUS – 2
a.
Penyusunan rencana tindakan 2
Rencana tindakan 2 disusun berdasarkan hasil analisis dan
refleksi selama siklus 1.
b.
Pembelajaran tindakan 2
Tindakan
2 ini dilakukan terhadap permasalahan yang masih aa pada siklus 1. Diharapkan
pada akhir tindakan 2, permasalahan guru dan siswa dalam pembelajaran kemampuan
berbahasa (pra membaca) dapat diatasi.
c.
Pelaksanaan obersasi
Pada akhir tindakan 2 dilakukan analisis dan refleksi
terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Dan hasil analisis dan refleksi ini
disusun kesimpulan dan saran dari seluruh kegiatan pada siklus 2.
d.
Data dan sumber data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa catatan-catatan,
rencana persiapan mengajar, hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran dan
hasil tugas atau pekerjaan siswa. Adapun sumber data dalam penelitian ini
adalah guru dan siswa kelompok B Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan
Sedati tahun pelajaran 2006 / 2007 berjumlah 23 anak. Jumlah tersebut terdiri
atas 14 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Untuk memperolah data yang
akurat dilakukan triaguliasi Kepala Taman Kanak-Kanak dan guru selama
berlangsungnya penelitian.
e.
Teknik analisis data
Memperhatikan jenis data yang dikumpulkan, teknik data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis kualitatif. Analisis kualitatif
dilakukan terhadap data kualitatif yang diperoleh dari hasil pengamatan
terhadap siswa dan hal-hal lain yang nampak selama berlangsungnya penelitian.
Demikian juga aktivitas dan antusias siswa dalam pembelajaran
juga didasarkan pada banyaknya indikator yang muncul. Selanjutnya dari hasil
catatan dalam penelitian dilengkapi dengan hasil observasi, wawncara dan
dokumentasi dilakukan analisis kualitatif.
f.
Lokasi penelitian
Lokasi penelitian tindakan ini adalah Taman Kanak-Kanak
Negeri Pembina Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo. Adapun pertimbangan
pemilihan lokasi ini karena Taman Kanak-Kanak Pembina ini merupakan Taman Kanak-Kanak
Negeri satu-satunya di wilayah Kecamatan Sedati dan merupakan tempat saya
ditugaskan sebagai Kepala Taman Kanak-Kanak, sehingga memudahkan dalam
pelaksanaan penelitian ini.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Melihat dari permasalahan yang terdapat dalam
pembelajaran kemampuan berbahasa sebelum penelitian ini dilaksanakan yaitu
tidak jarang sebagai guru taman kanak-kanak dalam pelajaran ini kurang menarik
dan menyenangkan siswa. Guru ini biasanya mengajarkan kemampuan membaca dengan
mengeja yaitu cara lama yang sering dipakai orang tua untuk mengajar membaca,
caranya dengan memperkenalkan huruf satu persatu terlebih dahulu dan
menghafalkan bunyinya. Langkah selanjutnya adalah menghafal bunyi rangkaian
menjadi sebuah suku kata. Dengan cara ini siswa Taman Kanak-Kanak sulit
merangkaikan bunyi huruf yang satu dengan yang lain, bahkan pembelajaran
seperti ini yang terkadang membuat siswa takut untuk sekolah.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut disusunlah
suatu pembelajaran dengan mengunakan media gambar dengan mengunakan penelitian
tindakan kelas yang terdiri 2 siklus pembalajaran.
A.
SIKLUS I
1. Persiapan Tindakan
Sebelum pembelajaran, peneliti (guru) membuat
rancangan pembelajaran kemampuan berbahasa dengan mengunakan media gambar dan
melaksanakan observasi dikelas untuk lebih mengenal karakter siswa sebelum
melaksanakan akan pengajaran kemampuan berbahasa dengan indikator menghubungkan
dan menyebutkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambungkannya (bahasa
16) serta disesuaikan dengan tema tugas-tugas yang diberikan pada siswa dapat
berupa tugas perorangan maupun kelompok.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan dilakukan secara klasifikal dan kelompok
:
a. Pada kegiatan awal pembelajaran guru meminta satu
siswa untuk menceritakan kejadian atau peristiwa yang dilihat dalam perjalanan
berangkat dari rumah ke Taman Kanak-Kanak melalui kegiatan berbagi dn bertanya.
Dari cerita ini, guru menanyakan pada siswa apa saja yang dapat diperoleh dari
cerita tersebut.
b. Guru mengajak siswa untuk mengamati benda-benda disekitar
kelas dan guru menanyakan benda-benda yang dibutuhkan anak saat sekolah.
c. Guru mengajarkan membaca dengan media gambar dan
kartu kata dengan permainan menghubungkan atau mencocokkan kartu kata dengan
gambar, guru meminta anak membaca kartu kata tersebut.
d. Setiap siswa diberi tugas untuk memcocokkan gambar
dengan kartu kartu kata yang ditunjukan guru secara ajak dan diminta untuk
membaca kartu kata itu.
3. Observasi pada Siklus I
a. Pada waktu siswa bercerita tentang kejadian yang
dilihat dalam perjalanan dari dari rumah ke Taman Kanak-Kanak, semua siswa
nampak memperhatikan dan sekali-kali menyebutkan hal-hal yang sama yang
diceritakan temannya.
b. Waktu guru menanyakan kebutuhan apa saja yang
diperlukan saat sekola, siswa dapat menyebutkan tas, buku, pensil, crayon,
tempat minum, baju, celana, topi, sepatu.
c. Pada saat siswa diminta membaca kartu kata itu,
beberapa siswa dapat membaca dengan benar.
d. Untuk tugas menghubungkan gambar dengan kartu kata,
siswa dapat mencocokan kata dengan benar dan membaca kartu kata dengan benar,
tetapi ada beberapa siswa yang tidak mau melaksanakan permainan tersebut.
4. Analisis dan Refleksi Siklus I
a. Pada waktu kegiatan berbagi bertanya, bercerita
tentang kejadian disekitar anak, merupakan pengalaman bermanfaat bagi anak
untuk menyampaikan sesuatu dengan bahasanya sendiri.
b. Pada waktu guru meminta membaca kartu kata dibawa
gambar, ada beberapa siswa membaca dengan benar, guru memberikan pujian kepada
siswa.
c. Karena media gambar dan kartu kata sedia dengan
menaati, semua siswa nampak semangat terlihat dalam kegiatan ini.
d. Setelah siswa bergantian menghubungkan kartu kata
dengan gambar didepan kelas, ada beberapa anak tidak mau maju kedepan kelas
untuk melaksanakan tugas itu, guru mendekati daan mengajak anak tersebut
menghubungkan kartu kata dengan gambar yang disediakan.
5. Siklus II
Kegiatan pada siklus kedua merupakan tindak lanjut
dari kegiatan pada siklus pertama dalam kegiatan ini, guru mengingatkan kepada
siswa tentang kegiatan yang telah dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya yaaitu
permainan mencocokan kartu kata dengan gambarnya.
Kegiatan dilanjutkan dengan memberi kesempatan
kepada siswa untuk melakukan permainan secara kelompok, kesempatan tersebut
mendapat respon yang baik dari siswa. Hal ini terlihat minat anak melakukan
permainan ini secara kelompok dan siswa dengan mudah mencocokan kartu kata
dengan gambar serta lancar dalam membaca kartu kata.
Hasil tindakan pada siklus kedua ini diperoleh suatu
perubahan, ternyata siswa ada peningkatan kemampuan dalam membaca kartu kata dalam
permainan kelompok ini.
6. Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi selama berlangsungnya
kegiatan pembelajaran kemampuan berbahasa (PRA membaca) kelompok B Taman
Kanak-Kanak Negeri Pembina Sedati dengan menggunakan media gambar dan kartu
kata terlihat bahwa pengalaman belajar dengan bermainan siswa menjadi
termotivasi untuk berkembang dan berkreasi. Siswa cenderung lebih semangat
belajar membaca melalui permainan mengunakan gambar dan kartu kata. Hal ini
sejalan dengan metode sintesa (montessoni) permainan membaca dilakukan dengan
mengunakan bantuan gambar pada setiap memperkenalkan huruf atau
kata, misalnya a disertai gambar ayam, atau apel. Begitu juga memperkenalkan
kata buku disertai gambar buku.
Gambaran hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa
diatas menunjukan bahwa sebenarnya siswa atau anak mempunyai kemampuanlebih
dalam, kemampuan membaca dengan bantuan gambar. Guru diharapkan secara kreatif
dan inovatif menggembangkan sendiri berbagai bentuk permainan membaca permulaan
yang lebih menarik dan menyenangkan
anak.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dari hasil-hasil penelitian dilakukan
pembelajaran kemampuan membaca permulaan (pra membaca) dengan menggunakan media
gambar secara khusus penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pembelajaran dengan menggunakan media gambar lebih
meningkatkan kualitas pembelajaran pengembangan membaca permulaan.
2. Penggunaan media gambar membuat kegiatan
pembelajaran lebih menyenang dan siswa terlibat aktif.
3. Penguasaan siswa terhadap pembelajaran membaca
permulaan ini setelah siklus kedua > 80%, hal ini dapat dibuktikan dari
kegiatan yang dilakukan siswa dalam mencocokkan kartu kata dengan gambar yang
tersedia.
B.
Saran-Saran
1.
Berdasarkan
pengalaman melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media gambar ini
diharapkan guru dapat mengembangkan model pembelajaran serupa untuk
indikator-indikator atau pokok bahasan lainnya serta dapat menstransfer
pengalamannya dengan guru yang lain.
2.
Supaya siswa TK
mempunyai pengalaman dalam pembelajaran kemampuan berbahasa (pra membaca), yang
menarik dan menyenangkan hendaknya Taman Kanak-Kanak menyediakan berbagai macam
media gambar dan kartu kata.
DAFTAR
RUJUKAN
Dekdikbud, 1997. Media
Dalam Proses Pembelajaran I. Pusat Pengembangan Penataran Guru IPS dan PMP
Malang
Depdiknas 2000. Permainan
Membaca dan Menulis Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas
Depdiknas. 2005. Kurikulum
2004 Taman Kanak-Kanak dan Roudlatul Athfal. Jakarta
Harti Kartini Dkk, 2003. Peningkatan Kemampuan Bertanya Siswa SD Dalam Pembelajaran IPA Melalui
Penerapan Model Interaktif
Nurhakiki, Rini Dkk, 200. Implementasi Pendidikan Matematika Realistik Pada Pokok Bahasan
Pengukuran di Kelas III SD Dalam Rangka Sosialisasi Kurikulum 2004, FMIP. A
UM 2004
Nurani Musta’in, 2004. Anak Islam Suka Membaca, Surakarta : Penerbit Pusaka Anamah
Wina Sanjaya, 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan
Jakarta. Penerbit Kencana Prenada Media.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dari hasil-hasil penelitian dilakukan
pembelajaran kemampuan membaca permulaan (pra membaca) dengan menggunakan media
gambar secara khusus penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pembelajaran dengan menggunakan media gambar lebih
meningkatkan kualitas pembelajaran pengembangan membaca permulaan.
2. Penggunaan media gambar membuat kegiatan
pembelajaran lebih menyenang dan siswa terlibat aktif.
3. Penguasaan siswa terhadap pembelajaran membaca
permulaan ini setelah siklus kedua > 80%, hal ini dapat dibuktikan dari
kegiatan yang dilakukan siswa dalam mencocokkan kartu kata dengan gambar yang
tersedia.
B.
Saran-Saran
1.
Berdasarkan
pengalaman melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media gambar ini
diharapkan guru dapat mengembangkan model pembelajaran serupa untuk
indikator-indikator atau pokok bahasan lainnya serta dapat menstransfer
pengalamannya dengan guru yang lain.
2.
Supaya siswa TK
mempunyai pengalaman dalam pembelajaran kemampuan berbahasa (pra membaca), yang
menarik dan menyenangkan hendaknya Taman Kanak-Kanak menyediakan berbagai macam
media gambar dan kartu kata.
DAFTAR
RUJUKAN
Dekdikbud, 1997. Media
Dalam Proses Pembelajaran I. Pusat Pengembangan Penataran Guru IPS dan PMP
Malang
Depdiknas 2000. Permainan
Membaca dan Menulis Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas
Depdiknas. 2005. Kurikulum
2004 Taman Kanak-Kanak dan Roudlatul Athfal. Jakarta
Harti Kartini Dkk, 2003. Peningkatan Kemampuan Bertanya Siswa SD Dalam Pembelajaran IPA Melalui
Penerapan Model Interaktif
Nurhakiki, Rini Dkk, 200. Implementasi Pendidikan Matematika Realistik Pada Pokok Bahasan
Pengukuran di Kelas III SD Dalam Rangka Sosialisasi Kurikulum 2004, FMIP. A
UM 2004
Nurani Musta’in, 2004. Anak Islam Suka Membaca, Surakarta : Penerbit Pusaka Anamah
Wina Sanjaya, 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan
Jakarta. Penerbit Kencana Prenada Media.